Petrikor
Sore itu, hujan rintik tiba-tiba turun. Telah lama tanah ini tidak basah oleh hujan. Meskipun karena itu aku sempat terhenti sejenak, akhirnya aku memutuskan untuk meneruskan perjalanan. “Aku sudah basah oleh keringat untuk apalagi takut basah oleh sedikit hujan.” Batinku. Ku hirup udara lembab yang tipis, ku susuri jalanan yang dilalui orang-orang yang takut basah, menepi ke emperan toko atau berteduh di bawah tenda pedagang kaki lima. Sampaiku di sebuah warung kopi, ku buka pintunya dan lonceng berdentang, sang nenek tersenyum selamat datang. Ku balas senyumnya dan berjalan menuju ia yang telah menungguku. “Apa kau tersesat menuju ke sini?” ku dengar suaranya yang berat. Ia tak menungguku duduk dengan baik dulu, ia sungguh tak sabar menyampaikan kritiknya. Aku diam saja, ku gantung tas dan jaket pada sandaran kursi lalu ku duduk, ku silangkan kakiku. “Aku memesan minuman dulu boleh?” Ku tatap wajah yang selalu aku cari setiap aku butuh teman bi...