"Persetubuhan denganmu bukanlah impianku, aku tidak akan pernah menuntut pernikahan padamu, harusnya kau tak mati secepat ini." Kataku lirih. "Sebenarnya tiada guna aku menggerutu di tepi pusaramu, tapi sungguh kau membuatku kesal." *** Sore itu aku dan teman-temanku menangis bersama, kami berduka atas rusaknya mainan yang kami miliki. Mainan-mainan itu adalah lungsuran dari anak-anak para donatur yang tidak lagi menginginkan keberadaan mainan tersebut di rumah mereka. Ada yang kondisinya masih prima, ada yang kondisinya sekarat. Namun, kami senang sekali bisa memainkannya. Hanya itulah yang kami miliki. Sesaat sebelumnya, kami bermain gabungan dengan anak-anak tetangga di sekitar panti. Kami memainkan mainan lungsuran itu bersama. Entah bagaimana cerita berawal, permainan menjadi panas hingga perkelahian tak dapat dihindari, kami yang berjumlah 7 orang (5 anak perempuan dan 2 anak laki-laki) menang atas anak-anak tetangga yang berjumlah 10 orang (6 anak laki-laki ...
Komentar
Posting Komentar