Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2019

Karena Hartini pergi

Aku suka melihat orang-orang yang makan di warteg. Penuh percaya diri dan keyinan bahwa makanan itu enak, mereka lapar, dan semua yang disajikan habis. Makan dengan tangan, kening berkeringat, mulut mengerjap kepedasan. Beda sekali dengan iklim di restoran mahal, makan ogah-ogahan, bisa dipastikan harga makanan selangit dan kemungkinan tidak akan dihabiskan. Makan dengan berbagai perlengkapan. Cemong sedikit di tepi mulut langsung di lap. Kaki dan badan tertata rapi. Tapi hari ini aku melihat sedikit perbedaan. Seseorang yang makan di warteg dengan lesu. Ogah-ogahan, seperti ada pikiran tak sanggup bayar. "Anda terlilit hutang, sedang dikejar debt collector?" Aku membuka percakapan. "Bukan, saya sedang memikirkan Hartini." Jawabnya lesu. "Lagi pula saya tidak pernah memiliki hutang kepada siapapun." kali ini nadanya sedikit ketus. "Saya heran mengapa Hartini pergi begitu saja, padahal kemarin kami mengobrol seperti biasa." Terangnya kepad