Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

Titik Buta

“Saat itu aku sungguh tertekan, rasa sayang dan marah keluar dari lubang yang sama, berdesak-desakan. Kulampiaskan melalui tangisan, tanpa suara dan air mata. Kau tahu, dadaku sungguh sakit kala itu, berhari-hari, berbulan-bulan. Sakit di dada ternyata bukan hanya karena menahan tangis, melainkan ada segumpal penyakit yang bercokol di sana.” Aku tersendat, menarik napas dalam. Sambil kupejamkan mata, kusebutkan sebuah nama penyakit yang kini bisa kuucapkan dengan tenang. “Tumor payudara.” Ia hanya diam, khidmat mendengar tuturku. Ku hembuskan napas, ku buka mata, menerawang jauh, membiarkan semua masa lalu itu keluar masuk berseliweran di dalam ingatanku. “Kau sudah melaluinya sekarang, kau sudah jauh lebih baik.” Ia membuka suara. Tanpa menoleh padanya ku balas ia dengan senyum. Kepalaku masih mendongak ke atas, langit yang sedang ku tatap sangat indah. “Syukur aku mengetahui dengan cepat, tumor payudara itu masih tahap awal. Jika sedikit lebih lama mungkin akan di

Kita

Dulu kita masih sama-sama muda dan tidak bijaksana. Ambil makan sebanyak mungkin lalu tidak dihabiskan. Beli jajan sebanyak mungkin lalu meninggalkan sampah yang sulit didaur ulang. Dulu kita masih sama-sama muda yang bermimpi bahwa menikah itu mudah. Berjanji setia dengan yang dicintai itu mudah. Menjalani hari-hari bersama orang yang dicintai itu mudah. Kini kita hidup dalam realita. Hidup dalam tumpukan sampah dan terseok-seok menjaga hubungan berdua.

Anak Kecil Bertudung Kelabu

Anak kecil bertudung kelabu Mendapat surat berwarna abu Surat itu rusak ditepian Pada surat itu hanya bertuliskan "Aku takut kau menjadi tidak penting dikemudian"

Aku, Buku, Dia

Aku suka buku Agar aku lebih tahu Aku suka suka buku Agar aku lebih lebih tahu Aku suka suka suka buku Agar aku lebih lebih lebih tahu Aku suka buku Agar aku bisa bicara kepadamu Agar aku bisa bincang bersamamu

Muridku

Muridku Muridku Muridku Aku hanya ingin kamu Muridku sahabatku Muridku teman mainku Muridku lawan gelutku Bersama kalian aku ingin sejatuh-jatuhnya cinta Muridku Muridku Muridku Aku tidak ingin murid yang lain . . . Guru macam apa

Opia

Sore yang hangat. Toko buku itu baru saja buka, aktivitas di dalamnya belum terlihat sibuk. Tidak ada antrean di kasir, tiga orang penjaga toko di area masing-masing hanya menata ulang deretan buku yang sebenarnya masih rapi. Pengunjung belum ramai hanya terlihat tiga orang saja. Toko ini istimewa, buka mulai sore hari dan tutup pada dini hari. Menjadi pilihan tujuan bagi makhluk insomnia. Bergandengan dengan toko buku terdapat kedai kopi. Sengaja dibuat bertujuan untuk memfasilitasi pembeli yang ingin segera membaca buku yang dibeli sambil minum kopi. Suasana yang lengang membuatku bisa langsung menemukannya seketika masuk ke dalam toko buku. Kerap kali aku membuat janji temu dengannya di toko buku ini. Aroma kopi dan bau kertas menyatu diudara yang kami hirup, alunan instrumen menyamankan telinga, kami betah berlama-lama. Kali ini penampilannya rapi. Alas kakinya sneakers, atasannya kaos oblong putih polos dan jaket parka berwarna hijau lumut dipasangkan dengan bawahan