Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Petrikor

Sore itu, hujan rintik tiba-tiba turun. Telah lama tanah ini tidak basah oleh hujan. Meskipun karena itu aku sempat terhenti sejenak, akhirnya aku memutuskan untuk meneruskan perjalanan. “Aku sudah basah oleh keringat untuk apalagi takut basah oleh sedikit hujan.” Batinku. Ku hirup udara lembab yang tipis, ku susuri jalanan yang dilalui orang-orang yang takut basah, menepi ke emperan toko atau berteduh di bawah tenda pedagang kaki lima.  Sampaiku di sebuah warung kopi, ku buka pintunya dan lonceng berdentang, sang nenek tersenyum selamat datang. Ku balas senyumnya dan berjalan menuju ia yang telah menungguku. “Apa kau tersesat menuju ke sini?” ku dengar suaranya yang berat. Ia tak menungguku duduk dengan baik dulu, ia sungguh tak sabar menyampaikan kritiknya. Aku diam saja, ku gantung tas dan jaket pada sandaran kursi lalu ku duduk, ku silangkan kakiku. “Aku memesan minuman dulu boleh?” Ku tatap wajah yang selalu aku cari setiap aku butuh teman bicara

Selusin hal tentang kehidupan

Selamat pagi para tamu, para imigran surga. Heuheu. Gimana kabar hati? Masihkah sepi sendiri? Ehehe. Saya yang tak seberapa ini mencoba menuliskan pendapat saya mengenai kehidupan yang mampu terpikirkan oleh saya saat ini. Esok atau lusa bisa saja pandangan ini berubah, karena ada hal-hal baru yang saya pelajari, tapi untuk saat ini, inilah dia. 1. Pondasi yang kokoh Hidup akan melempar kita jauh ke kanan ataupun ke kiri, hidup akan melambungkan kita ke puncak dan menjatuhkan kita jauh ke dasar, hidup juga terkadang membuat kita bingung karena mengambang di tengah-tengah. Cari dan temukan tempat yang baik untuk berdiri, setelah itu bangunlah pondasi yang kokoh. Semakin kuat pondasi itu, semakin bisa kita mengatur jarak, memberi ruang, dan mengambil keputusan dengan bijak. 2. Rajin melakukan revisi Apapun yang kita rasa benar kemudian kita yakini, memang perlu dipertahankan. Tapi tidak ada salahnya untuk terus belajar dan mencari tau hal-hal yang mungkin akan mempertebal keyaki

Tentang Dia

Ada hadiah terbaik yang Tuhan berikan padaku, bagai bintang paling terang diantara sekian banyak bintang terang lainnya, seperti kupu-kupu paling indah diantara sekian banyak kupu-kupu indah lainnya, tempat paling nyaman diantara sekian banyak tempat nyaman lainnya. Dia adalah seorang manusia baik, dia adalah temanku. Aku sudah berkurang usia, berpindah tempat, dan bergonta-ganti lingkungan untuk bersosialisasi. Aku menemukan seorang teman dan melupakan seorang teman. Aku ditemukan seorang teman dan aku dilupakan seorang teman. Aku mengeliminasi seorang teman dalam hidupku, aku dieliminasi seorang teman dalam kehidupannya. Tapi aku juga menemukan seorang teman yang sejak bertemu hingga ujung waktuku nanti, aku tak ingin kehilangannya. Dia adalah temanku, bertemu ketika masa sekolah, bersama mengarungi ombak dan badai putih abu-abu. Ia sangat berjasa karena selalu meminjamkan telinganya untuk ku bercerita mengenai dia, dia yang membuat aku kelimpungan, dia yang menyentuh masa p

How to deal with..

Selama masih diijinkan bernapas, masalah pasti akan selalu melingkupi. Tapi ada yang bilang, "masalah" itu jadi masalah karena kita anggap masalah. As long as kita anggap bukan masalah, ya berati ga ada masalah. Kadang gw mencoba berpikir kayak gini sih, tapi untuk beberapa kasus kadang gw g bisa bohong bahwa gw sedang berhadapan dengan masalah, ciri-ciri paling utama itu adalah hati gw yang g tenang, sampe memengaruhi mood dan selera makan. Sejauh yang gw kenal, diri gw adalah tipe orang yang kalau ada masalah, pengen buru-buru diselesaikan, g pengen berlarut-larut gitu. Kadang ya bisa langsung diselesaikan kadang g bisa, tergantung dengan apa dan dengan siapa gw bermasalah. Kalau bermasalah dengan suatu keadaan, itu berarti hanya melibatkan diri gw, jika itu dengan orang lain, pastinya penyelesaiannya juga tergantung dengan orang yang bersangkutan. Tapi ada juga yang gw malah lari dari masalah, g berani gw hadapi dan akibatnya fatal banget bagi kehidupan gw. Masalah

Pagimu

Pagi dimulai Matahari menyembul dari balik jantung pisang Burung bercumbu dan berpagut padahal hari baru menapakkan kaki Parfum anak belia melintas Wangi yang sejenak tertinggal Pagi dimulai Seorang diri ku melatah Ikut sibuk seperti yang lainnya Keperkuburan itu ku arahkan langkah Sampaiku dipusara lama Kusiangi belukar Kuracuni hama Kugali kembali rangka Pagi dimulai Pagiku Pagiku untuk tunas baru yang ku tanam Pagiku Pagiku untuk Pagiku untuk pagimu

Hidup

Hidup akan melambungkanmu ke atas sekaligus menghempaskanmu hingga ke sudut berkali-kali. Kau akan berlari kencang suatu hari dan kau akan terseok-seok di kesempatan lainnya. Hidup akan membuatmu meracau, mengigau, membayangkan apakah ini nyata atau tidak. Hidup membuatmu menangis sedih, tertawa bahagia, menangis bahagia, bahkan tertawa dalam kesedihan. Hidup unik dan penuh banyak rasa, sekaliber apapun pengalamanmu dalam menghadapi suatu masalah, hidup selalu mempunyai cara agar kau merasakannya dengan rasa yang berbeda, dalam situasi yang berlainan. Hidup adalah kuat dan engkaulah yang lemah. Tapi hidup ada di dalam dirimu, kau yang membawa kehidupanmu kesana dan kemari.

Tantangan atau hambatan?

Mimpi saya untuk membuat taman bermain seperti yang tempo hari saya canangkan perlahan sudah saya rintis. Keberanian untuk memulai itu akhirnya Allah turunkan. Pekan awal saya hanya menjadwalkan 3 kali pertemuan, pada hari senin, rabu, dan jumat. Saat itu anak-anak sangat antusias, menghapal Al-Qur'an yang diselingi istirahat dan bermain adalah hal baru. Biasanya sebelum bergabung mereka hanya mengaji di TPA yang ada di kampung kami, mengeja huruf lalu bermain tanpa arah sepuasnya. Ditempat saya ini, saya menyediakan beberapa buku bacaan dan buku mewarnai untuk mereka gunakan ketika istirahat. Pekan berikutnya saya membeli mainan seperti congklak, uno stacko, scrabble, puzzle, dan lego. Tidak luput saya menambah koleksi buku mewarnai dan majalah bobo. Anak-anak menjadi lebih antusias lagi dan mereka minta pertemuan kita menjadi senin-jumat, saya ikuti mau mereka. Hanya berjalan 2 pekan, mereka bosan dengan semua mainan yang sudah mereka eksplor. Pekan ketiga mulai kembali

Sambungan cerita g pake sampo

Selayaknya hukum memulai suatu perjalanan, jika telah dibuat langkah pertama, selanjutnya pasti akan ditemukan jalan yang lurus dan belok-belok, tanjakan dan turunan, aspal yang gompel karena pas dibuat dana dikorupsi, tanah becek, lumpur liat, segerombolan paku yang nusuk ban, kendaraan lain yang mau nyalip dan lain-lain yang bikin napas kembang kempis. Begitu juga dengan perjalanan g pake sampo ini, sampe kadang gw mikir udh aja apa ya, beli sampo aja apa ya. Hidup di atas passion, kerja sesuai keinginan, keliatan gampang dan emang lebih gampang dijalani ketika lu g mengombinasikannya dengan hidup g pake sampo. Tapi orang sekelas pak Gobind Vashdev itu bisa menjalani semuanya sekaligus, super. Gw kadang saking downnya, bukan mau give up dengan make sampo aja, tapi mau give up juga untuk sekolah-sekolahan sore yang gw bikin. Padahal g nyambung rambut sama passion dirikan sekolah-sekolahan, ya kan? Duh Gusti... Tapi ya udah lah, hidup emang gitu, gampang-gampang susah dija

Apa pentingnya sekolah?

Mulai dari biaya sekolah yang mahal, atribut atau seragam sekolah yang banyak macamnya, buku tulis yang g cukup satu, sampai pe er yang sulit dikerjakan siswa, itulah sekian keluhan yang aku dengar dari beberapa orang tua setelah hampir sebulan sekolah tahun ajaran ini berjalan. Di kampungku ekonomi keluarga mulai dari menengah ke bawah, jadi selain mengurusi buku tulis yang harus sejumlah mata pelajaran, mereka juga harus memikirkan dapur yang perlu mengebulkan asap. Mengantarkan anak ke sekolah di depan, tapi sangat mengeluhkan aturan dan biaya yang dikeluarkan di belakang. Lalu mengapa harus pergi ke sekolah? Apa manfaatnya pergi ke sekolah? Jika dibalik layar yang timbul hanya keluhan. Jangan salah, ini bukan tragedi setiap saat, karena pada akhir semester akan banyak orang tua yang berkicau bangga bahwa anaknya mampu memperoleh rangking sekian-sekian, lupa akan aturan yang ribet dan biaya yang mahal tadi. Lain lagi dengan ibu yang rumahnya bercat putih, mengeluhkan anak yang m

Mau mulai kapan?

Mau mulai kapan nih? Jadi saya punya rencana, muluk-muluk sih. Saya pengen punya basecamp akamsi (anak kampung sini) tempat ngumpul berfaedah. Berfaedah atau g nya kan tergantung agendanya. Agendanya sedang saya pikir-pikir. Berhubung saya makhluk serakah jadi banyak banget yang mau saya masukin dalam agenda itu. Berdasarkan pengalaman, saya pernah ngajar di sekolah alam, kemungkinan agenda-agenda pada kegiatan ini akan mengadaptasi kegitan-kegiatan ala sekolah alam. Akan ada muatan akhlak, entrepreneurship, dan leadership. Sebisa mungkin saya tidak membahas PR mereka dari sekolah, karena saya bukan buka tempat les. Saya juga ingin membangun kedekatan dengan mereka, seperti mendengarkan cerita kejadian sehari-hari, cita-cita, harapan, banyolan mereka dll yang se-enjoy mungkin bisa mereka ceritakan. Selain itu saya ingin minat baca akamsi meningkat, mereka harus dipaparkan banyak bacaan (boleh kalau ada yang mau menyumbang buku bacaan hehe). Sementara ini saya pengen kegiatann

Kenapa belum nikah?

Saat ini saya sedang menjalani fase kehidupan dimana orang-orang di sekitar akan bertanya kapan nikah? Ko belum nikah? Udah punya calon? Reaksi saya terhadap pertanyaan ini biasa aja, udah terlatih dari sejak ditanyain kapan lulus kuliah? Kapan kerja? Kerja dimana? Selanjutnya nguuuunggg ngguuunggg terdengar suara kepakan sayap nyamuk di pinggir telinga. Boodooo aamaaaat. Bahasan yang klise memang, bahkan di dunia maya yang menyelubungi kita ini bahasan soal nikah sangat-sangat populer, viral, jadi pusat perhatian. Orang-orang yang belum menikah seperti sangat harus kudu diselamatkan secepat mungkin, secepat kilatan petir di desa Petir, Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Entah diselamatkan dari apa. Untuk itu semua, tak perlulah saya bertanya kenapa dunia menjadi seperti ini, memang sudah wayanya. Beruntunglah karena masih ada orang yang kepo terhadap urusan saya, masih ada yang ingin tau, bisa jadi emang nge-fans. Perlu diketahui, bahwa rasa penasaran orang di luar diri saya, orang tu

Zombie atau vampire?

Gw ini zombie apa vampire? Gw takut kena matahari, udah kayak vampire kan? Alasannya pasaran, gw takut hitamnya kulit gw makin hitam. Terus nanti kalo g kena matahari, udah aja gw kayak zombie, mata panda karena begadang main Hay Day, kulit pucat, kuyu, badan lemes kayak cuma punya tulang rawan. Tulisan ini bermula dari kejadian disuatu pagi. Mak gw pulang dari warung sehabis beli sayuran bercerita bahwa gw dicariin sama tukang sayur, katanya pulang kampung tapi ko g keliatan. Gw bilang aja sama mak gw, tar klo ditanyain lagi, sampein kalo saya ini vampire, g bisa kena matahari. Seloroh gw. Sejak come back-nya gw ke kampung halaman, gw emang lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah. Salah satu alasannya adalah panas, belum lagi debu, dan ya ngapain kan guling-guling di luar rumah. Di kampung gw yang termasuk wilayah barat Indonesia ini, jam 6 pagi matahari baru muncul tapi langsung sangat terang dan menyengat, jadi kalau belanja sayur sekitar jam 7, itu sudah lumayan pan

Kenapa nge-blog lagi?

Seperti sebelumnya yang sudah gw katakan bahwa gw saat ini adalah pengangguran. Waktu gw perlu gw pake, ketimbang gw obob mulu, tar mekar aja badan gw, repot. Waktu yang sudah Allah kasih ini g boleh mubazir dan dalam upaya tetap produktif secara bathiniah dan terlihat sibuk secara lahiriah (karena ngetik terus), gw milih untuk ngisi blog lagi. Kontennya ngalir aja, sambil terus gw pikirin. Dulu, menulis bagi gw merupakan healing selain ajang menyalurkan puisi-puisi picisan gw. Sekarang gw menulis ya karena ingin menulis. Selain itu, gw aktifkan kembali blog ini untuk menampung ide-ide waras gw. Sejak beberapa waktu lalu gw sudah berupaya mengurangi bahan-bahan kimia dalam asupan gw terutama obat-obatan, karena makanan berpengawet atau berperisa masih kadang masuk dalam perut gw. Lalu bergerak ke arah pengurangan bahan kimia dalam perlengkapan yang dipakai di badan gw, misalnya hand body, deodoran, dan parfum. Awalnya semua hal yang gw lakukan itu berpusat di diri gw karena lu

G pake sampo?

Gw kembali menulis, karena sekarang pengangguran, jadi banyak waktu buat ngetik dan mikir. Awalnya gw mau nyoba untuk g pake sampo. Terus untuk bahan evaluasi, gw tulis apa yang terjadi dengan rambut gw klo g pake sampo, ya udah mending sekalian nulis di blog. Jadi blog gw ada isinya lagi. Meskipun blog sekarang adalah sesuatu yang sudah banyak ditinggalkan khalayak bumi. Nah untuk tulisan yang pertama ini gw mau cerita kenapa gw memutuskan untuk g pake sampo. Mulanya temen gw Nursida Yaru, ngirim link di wa pada tanggal 10 Juni 2018 hari dimana gw tepat menjadi pengangguran untuk kesekian kalinya haha, tentang Jam Piket Organ yang dibahas oleh praktisi Self-Healing, Reza Gunawan. Kata doi gw harus install aplikasinya dulu buat bisa denger, namanya Inspigo. Yowis, apk tak donlot dan terpasang. Mulai gw dengerin kan, abis itu gw mulai liat sana liat sini. Trus gw liat lapak pak Gobind Vashdev, gw mulai denger, menarik pembahasannya. Setelah itu mulailah cari-cari di google siapa sosok