Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2013

bubling

aku bukan untuknya nya bukan untuk aku aku yang berkata demikian mungkin Tuhan juga aku melihat hujan meleleh dari langit yang sama dengannya nya melihat matahari yang muncul dari langit yang sama dengan aku aku sebanding nya nya sebanding aku aku menerka belakangan aku tak dapat menerka lagi apa yang Tuhan kalamkan keyakinanku hanya untuknya keyakinan yang hanya terdengar dari ruang hampa telinga hatiku aku ingin menyerupakan diri dengannya tetapi Tuhan mungkin tidak setuju nya bukan untuk aku  aku bukan untuknya aku datang kepada Tuhan dengan sisa-sisa yang tertinggal Tuhan menyambutku dengan ramah perlahan aku menyamankan peralihan itu hingga nya menjadi garis putus-putus yang belum mampu aku sambung menjadi utuh bukan untuknya aku berlaku bukan untuknya aku beriak cukup aku datangi Tuhan dengan predikat manusia baik maka akan Tuhan berikan nya padaku jika aku mampu mendengarnya

cinta padamu

aku berpikir bahwa jatuh cinta padamu itu adalah hal yang mudah kau layak untuk dicintai  aku memulainya seperti bayi yang belajar merangkak karena ingin berjalan aku menjalani hari baru dengan rasa cinta untukmu yang kini ku miliki cinta baru yang akan aku mulai     ** cinta ini baru saja akan aku mulai tetapi sudah membiarkan aku untuk tahu cinta itu teriring oleh sakit yang sekaligus harus aku rasakan karena cinta maupun sakit adalah masalah rasa aku memilih mengabaikan salah satunya cinta itu semakin tumbuh ada kekhawatiran dan rindu padamu  mungkin menunjukkan bahwa rasa cinta itu kian membesar ** kau tahu, sakit yang diabaikan marah padaku ia menyerang sendi-sendi ketegaranku mengkaratkan hampir seluruh permukaan hatiku dan sakit itu kini kian hebat  hingga mampu menguras sebagian besar energi yang kumiliki ternyata cinta itu tidak mudah demi cinta yang aku rasakan padamu aku harus pergi secepat yang aku bisa bukan untuk membuang cintaku padamu   p

Sajak Kecil

dari hatiku: kesedihan besar, ku iris-iris sajak kecil darah keluar memancar-mancar pedihnya tiada terperikan tapi mulutku tetap tersenyum orang yang seperti aku ini  dapat sempana bahagia sani dalam siksaan yang maha-pedih hatiku hati penyair hati yang sendu luka selalu hati yang selalu hauskan cinta tapi tiada pernah mendapat tapi aku berhutang budi  pada nasibku yang pedih itu karena ia dari hatiku terbit mata air sajak -ajib rosidi- *sajak yang kutemukan ketika aku membaca sebuah buku tua di Freedom Institute yang aku rasakan seperti jatuh cinta pada pandangan pertama