Tentang Dia

Ada hadiah terbaik yang Tuhan berikan padaku, bagai bintang paling terang diantara sekian banyak bintang terang lainnya, seperti kupu-kupu paling indah diantara sekian banyak kupu-kupu indah lainnya, tempat paling nyaman diantara sekian banyak tempat nyaman lainnya. Dia adalah seorang manusia baik, dia adalah temanku.

Aku sudah berkurang usia, berpindah tempat, dan bergonta-ganti lingkungan untuk bersosialisasi. Aku menemukan seorang teman dan melupakan seorang teman. Aku ditemukan seorang teman dan aku dilupakan seorang teman. Aku mengeliminasi seorang teman dalam hidupku, aku dieliminasi seorang teman dalam kehidupannya. Tapi aku juga menemukan seorang teman yang sejak bertemu hingga ujung waktuku nanti, aku tak ingin kehilangannya.

Dia adalah temanku, bertemu ketika masa sekolah, bersama mengarungi ombak dan badai putih abu-abu. Ia sangat berjasa karena selalu meminjamkan telinganya untuk ku bercerita mengenai dia, dia yang membuat aku kelimpungan, dia yang menyentuh masa pubertasku dengan memberi banyak kekacauan. Telinga dan tangannya terbuka untukku, mulai dari masa berbunga-bunga hingga akhirnya aku memasuki masa layu. Meski sempat ada jeda, komunikasi itu tersambung lagi dan ia masih tetap sama, sangat terbuka mendengar kisahku.

Dia adalah temanku, teman bertengkar terbaik sekaligus perawat terbaik ketika aku di rawat di rumah sakit. Aku dan dia pernah dekat satu tempat tidur di kosan sekaligus pernah jauh, aku di bagian barat negara ini sedangkan ia di bagian timur negara ini. Aku suka pemikirannya, dari sejak bertemu, terjeda, bertemu, dan terjeda kembali. Apalagi sekarang, dengan pengalaman hidupnya yang banyak ia bisa menjadi teman diskusi yang baik. Padanya aku sangat merasa posesif dan cemburu. Aku cemburu karena ia berbahagia dengan teman baru dan seperti melupakan aku. Seiring waktu, darinya aku belajar mengatur diri bahwa seperti dirinya aku juga menemukan teman baru yang sangat aku bela, namun ia tetap menjadi temanku, bahkan untuk beberapa keputusan-keputusan dalam hidupku, aku meminta pertimbangannya.

Dia adalah temanku, seberat apapun ceritanya, ia sangat bisa menceritakan kembali dengan  rasa ringan dan segar. Dalam setiap sesi obrolan dengannya selalu saja ada canda, tersenyum tipis hingga terbahak sempurna. Dia adalah teman yang selalu akan aku pertahankan, tanpanya penyumbang tawa dalam hidupku akan berkurang. Terima kasih Tuhan, hadiah ini membahagiakan.

Dia adalah temanku, selalu berhasil memengaruhiku. Ikut mencoba hal baru yang ia coba, selalu senang dan nyaman bercerita padanya. Ia yang selalu ingin aku kunjungi dan ikut menyelamatkan diri dari dunia di dalam kamarnya. Ia yang selalu membuat aku tertarik mendengarkan kisahnya.

Dia adalah temanku, teman pertama yang memiliki nama panggil yang sama denganku. Pada waktu itu, ada suatu masa dimana aku hanya ingin berteman berdua dengannya, tak ingin diusik, aku masih sangat kekanakan. Begitu takut kehilangan dan selalu ingin berkegiatan bersama. Namun minat dan cara bersosialisasi kami berbeda. Akhirnya aku belajar membuka diri, menemukan teman lain namun tetap selalu bersamanya. Meski banyak hal yang sudah kami bagi bersama, aku tetap merasa ada pintu dalam kehidupannya yang tidak dapat aku masuki. Aku sangat menghargai itu. Sebelum aku pergi jauh pada suatu waktu, aku pamiti ia, padanya ku letakkan rasa hormatku yang tinggi.

Dia adalah temanku, baginya aku siap menjadi bodyguard. Seperti aku tak rela jika ada orang yang menyakitinya. Ia baik dan lembut sekaligus tangguh dan rajin bekerja. Ia teman yang selalu menunjukkan warna aslinya. Bersamanya aku sangat nyaman dan selalu merasa kuat.

Dia adalah temanku, yang selalu terlihat cantik. Padanya tak pernah terbit amarah dan kesalku. Selalu nyaman dan menenangkan. Selalu memberi ruang dan dukungan pada setiap fase jatuh bangun jalan hidupku. Kehadirannya selalu membuat aku merasa harus bangkit dan membuat aku yakin akan diriku. Ia yang selalu memberi dukungan, ia yang begitu sangat berjasa dalam hidupku.

Dia adalah temanku, seorang teman rasa abang bagiku. Dahulu banyak hal yang kami obrolkan dan sekeras apapun ia memperingatkanku, meski marahku yang duluan datang, namun kata-katanya jua lah yang akhirnya aku dengar. Kini tak banyak yang bisa kami perbincangkan, namun jika sudah berbincang, akan selalu merasa mempunyai abang yang sangat melindungi.

Dia adalah temanku, pengemudi yang handal. Ratusan kilometer jalanan sudah aku lalui bersamanya, melewati pendakian dan penurunan, belokan tajam dan jalan lurus. Begitupun kisah kami, naik dan turun, pasang dan surut, lancar dan tersendat. Tapi dimanapun kami berpijak kini, aku percaya ia akan berusaha ada ketika aku membutuhkannya.

Dia adalah temanku, yang setiap aku mengingatnya terngiang lagu Count on Me milik Bruno Mars. Sementara aku belum berbuat banyak untuknya, dia selalu membuktikan diri bahwa dia selalu berusaha hadir, meski bukan secara fisik. Ia yang mengetahui air mata dan senyumanku. Sedih dan senangku. Baik dan buruk proses pendewasaanku. Ia spesies terbaik yang Tuhan ciptakan dan hadiahkan kepadaku. Ia bukan khusus untukku, tapi aku tak pernah merasa kehilangannya. Mengingat apa yang telah ia upayakan untukku selalu membuat aku mbrebes mili, mulutku komat kamit, tertatih berucap alhamdulillah.

Dia adalah temanku, yang sejak dekat dengannya aku selalu merindukannya, agak so sweet memang. Berada didekatnya aku tak segan menjadi konyol, bagian diriku yang muncul karena begitu nyaman ketika bersamanya. Meski kebersamaan kami hanya hitungan bulan kandungan, tapi aku sangat terkesan akannya. Entah pada siapa lagi aku bisa berlaku seperti aku berlaku di depannya.

Dia adalah temanku, rekan kerja terbaik yang pernah kudapatkan. Padanya aku belajar tentang dedikasi, tentang kerja tanpa pamrih, tentang berjuang walaupun pahit. Bersamanya aku mampu mewujudkan sekian banyak mimpiku dalam dunia pendidikan. Bertemu, berkenalan, dan berteman dengannya adalah hal terbaik yang pernah terjadi di masa perantauanku.

Dia adalah temanku, orang-orang yang bersinggungan hidup denganku, memberi pelajaran terbaik, meninggalkan kenangan yang manis. Datang dan pergi, dekat lalu jauh. Bintang terang lainnya, kupu-kupu indah lainnya, tempat nyaman lainnya.

P.S. : Dia adalah temanku, seorang asing kemudian kenal lalu menjadi asing kembali. Kurun waktu bersamanya adalah proses pencarian jati diriku. Ku temukan diriku, ku kehilangan diriku. Ku menjadi dewasa, ku menjadi kekanakan. Ku bahagia, ku pun patah hati. Ketika aku masih menggantungkan diri padanya, ia adalah sumber senang dan sedihku, tawa dan amarahku. Namun kini jarak terjauh adalah yang terbaik bagiku agar selalu bisa ku gumamkan bahwa dahulu kami pernah berteman baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pekan 7: Mengobrol

Pekan 8: Game Online, Game Offline

Pekan 5: Menikmati Moment