Pekan 8: Game Online, Game Offline

Selasa

Hari ini setelah belajar selesai sisa waktu yang ada kami gunakan untuk mengobrol. Saya bertanya bagaimana hubungan mereka dengan saudara kandung mereka di rumah. Mereka mengatakan bahwa ada saat-saat akur, ada saat berantem, sampe ada yang kepalanya dipukul oleh saudaranya. Ada yang pernah dicium ketika tidur dan ada yang berpelukan saja tidak. 

Awal munculnya pertanyaan tersebut adalah karena saya tergelitik setelah mengamati berkali-kali bagaimana murid saya yang laki-laki bermain. Meskipun hanya pura-pura, namun mereka melakukan permainan yang pukul memukul, kejar mengejar, menyerang dan bertahan. Apakah bermain seperti ini memang fasenya anak laki-laki usia 7-10 tahun? 

Saya teringat dulu di masa kecil, teman laki-laki serta abang saya juga bermain seperti itu, ketika itu mereka meniru tayangan TV Smack Down. Nah, untuk anak jaman sekarang apakah ini terjadi karena dipengaruhi oleh game online yang mereka mainkan? Namun, yang saya amati pada anak-anak di sekitar sini, anak yang berusia remaja, mungkin sekitar SMP, tidak lagi bermain seperti anak laki-laki yang usianya lebih kecil meskipun mereka tiap hari juga main game online yang sama.

Hmmm....

Bagaimana dengan anak perempuan?. Beberapa dari mereka juga main game online yang sama.


Rabu

Kita tidak bisa memaksakan anak melakukan satu kegiatan dalam kurun waktu yang lama. Mereka butuh variasi bermain, sehingga siang itu saya ajak anak-anak yang belum pulang untuk bermain xylophone, sebelumnya saya menghapal lagu twinkle-twinkle agar bisa di-share kepada mereka.


Setelah itu, ada anak yang bermain balok dengan variasi lain. Biasanya balok dibentuk menjadi deretan-deretan untuk membuat efek domino.

 
Ini adalah fox.


Ini adalah kelinci.


Ini adalah logo minimarket. Hehe


Kamis

Hari ini banyak anak yang pulang cepat, sehingga tinggallah saya dengan seorang anak. Lalu kami bermain. Lalu saya berpikir untuk divideokan. Kami bermain menyusun balok menjadi sebuah gambar.




Ini hasilnya. 

Ketika bermain saya sebutkan kepada anak itu bahwa kami telah bekerja sama. Berdasarkan buku yang saya baca, kita harus menyebutkan nilai yang sedang kita hidupkan. Di permainan ini nilai tersebut adalah kerja sama.


Jum'at

Untuk pertama kalinya saja mengajak anak-anak melakukan pemanasan sambil duduk. Terlihat ada beberapa anak yang kesulitan mengikuti gerakan yang saya berikan, namun ada yang bisa langsung mengikuti. Ada anak yang masih kebingunan antara kanan dan kiri, namun ada yang sudah sangat baik membedakan antara kanan dan kiri. Hendaknya setiap anak dibiasakan untuk bergerak, mencoba banyak gerakan, melakukan banyak eksperimen kepada tubuhnya. Hal ini dapat membantu koordinasi antara sel-sel di otaknya.



Setelah itu, kegiatan berikutnya adalah belajar mengenai huruf hijaiyah. Ada anak yang bisa mengerti dengan sempurna, ada anak yang belum mengerti sama sekali. Namun, mereka semua mengikuti pembelajaran dengan baik. Saya mengajar anak yang berbeda usia dan tingkat sekolah, jadi saya tidak menargetkan bahwa mereka semua akan mengerti materi yang saya sampaikan dalam satu waktu.





Kegiatan terakhir Jum'at sore ini adalah bermain mendengar instruksi, di mana mereka diminta meloncat sesuai arah yang ditentukan dan arah kebalikannya. Lagi-lagi terlihat anak yang belum memahami kanan dan kiri, ada anak yang tidak fokus, ada anak yang hanya menyeret kakinya alias tidak meloncat (hmm...kenapa tidak meloncat ya? saya pikir anak-anak suka meloncat), dan ada anak yang selalu tertawa apapun yang terjadi. Begitulah kami bermain, meskipun belum bisa kompak semua arah lompatannya, setidaknya mereka menikmati permainan. 




***

Di masa sekarang pasti sulit menahan serangan game online, game online sudah mewabah, efeknya akan kemana-mana dan bertahan lama dalam diri seorang anak. Namun, seberapa banyak game offline (permainan yang dilakukan tanpa hp, bukan permainan di hp yang sudah didownload sehingga bisa bermain offline ya :D) yang mampu menahan diri mereka untuk tetap bermain dan berpaling dari game online, diperlukan kreatifitas untuk mencari variasi permainan, serta diperlukan peran orang tua untuk bisa mengarahkan, mewadahi, dan menemani anak bermain. Yang kemudian itu menjadi suatu tantangan tersendiri bagi orang tua untuk bisa memberikan waktu terbanyaknya kepada anak.

Bila itu game offline mereka cepat bosan atau capek, sedangkan game online duduk seharian dengan permainan yang sama mereka sungguh betah.

oke, sekian dulu untuk pekan ini, bye.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pekan 7: Mengobrol

Pekan 5: Menikmati Moment