Tantangan atau hambatan?

Mimpi saya untuk membuat taman bermain seperti yang tempo hari saya canangkan perlahan sudah saya rintis. Keberanian untuk memulai itu akhirnya Allah turunkan. Pekan awal saya hanya menjadwalkan 3 kali pertemuan, pada hari senin, rabu, dan jumat. Saat itu anak-anak sangat antusias, menghapal Al-Qur'an yang diselingi istirahat dan bermain adalah hal baru. Biasanya sebelum bergabung mereka hanya mengaji di TPA yang ada di kampung kami, mengeja huruf lalu bermain tanpa arah sepuasnya.

Ditempat saya ini, saya menyediakan beberapa buku bacaan dan buku mewarnai untuk mereka gunakan ketika istirahat. Pekan berikutnya saya membeli mainan seperti congklak, uno stacko, scrabble, puzzle, dan lego. Tidak luput saya menambah koleksi buku mewarnai dan majalah bobo. Anak-anak menjadi lebih antusias lagi dan mereka minta pertemuan kita menjadi senin-jumat, saya ikuti mau mereka.

Hanya berjalan 2 pekan, mereka bosan dengan semua mainan yang sudah mereka eksplor. Pekan ketiga mulai kembali dengan jadwal semula. Sembari saya masih mencari cara bagaimana agar mereka tidak bosan untuk menghafal Al-Qur'an.

Hal yang saya identifikasi yang menjadi faktor kebosanan anak-anak antara lain minat belajar yang cukup rendah, motivasi menghapal Al-Qur'an sangat minim karena mungkin pengaruh lingkungan yang hampir tidak ada tempat ngaji yang menerapkan hapalan, kondisi orang tua yang tidak memfokuskan anak untuk lebih dekat dengan Al-Quran lebih memilih anak berupaya mengejar ranking di sekolah, serta anak-anak sudah kelelahan di sekolah sehingga pada sore hari mereka hanya ingin bermain tanpa beban.

Teman saya di sini ada 7 orang siswa SD negeri dan 2 orang usia preschool, kepada siswa SD saya bertanya tentang apa yang mereka rasakan ketika di sekolah dan kenapa kurang bersemangat menghapal atau membaca Al-Quran, rata-rata yang mereka keluhkan adalah capek nulis di sekolah, kesel karena ketinggalan waktu didikte dan kenapa harus didikte, punya PR yang belum dikerjakan, ada yang mengeluhkan banyak jam kosong, jadi mereka capek bermain atau aktivitas fisik yang tak tentu tujuannya saat di sekolah, serta untuk menghapal Al-Qur'an mereka tidak ada motivasi tertentu.
Hingga akhirnya saya memutuskan untuk membantu mereka mengerjakan PR disela-sela menghapal. Supaya mereka seperti mendapat keuntungan dari kegiatan menghapal Al-Qur'an di tempat saya. Namun mereka masih mengeluarkan kata-kata bosan dan capek.

Saya menghela nafas, kebingungan dan mati gaya, dengan legowo saya ucapkan kepada mereka bahwa mereka boleh untuk tidak datang ke tempat saya karena proyek menghapal Al-Qur'an ini bukan suatu paksaan, ketika saya mencetuskan ingin membuka kelas ngaji sore orang tua mereka sendiri yang mendengar dari mulut ke mulut lantas menitipkan anaknya. Saya ucapkan kalimat pengusiran halus itu berkali-kali namun mereka hanya terdiam dan tetap bertahan, hingga saat ini. 

Saya pun mulai memberikan hal-hal praktis lain seperti adab makan sesuai ajaran Rasulullah yang mereka tidak dapatkan baik di rumah ataupun di sekolah, serta saya terus bacakan cerita yang mudah-mudahan akan menjadi inspirasi buat mereka. Atau sekedar bermain lego bersama mereka.

Ternyata seperti ini kejadiannya, sebesar apapun hasrat kita untuk membangun cita-cita dan bekerja sesuai passion, tetaplah tantangan atau hambatan pasti akan ditemui. Dan dalam hidup kita pasti diuji berkali-kali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pekan 7: Mengobrol

Pekan 8: Game Online, Game Offline

Pekan 5: Menikmati Moment