Begin Again

Sekitar 2 bulan lalu aku menghentikan kegiatan belajar mengajar anak-anak, jujur saja selain karena bosan aku ingin menemukan kembali alasan mengapa aku mengajar. Kini setelah melalui kontemplasi dalam beberapa waktu, diskusi dengan sahabat dan keluarga, serta mengalami suatu kejadian, aku memutuskan mengajar anak-anak ini akan aku mulai kembali.

Langkah pertama adalah aku memikirkan pembagian jadwal serta kegiatan yang akan dilakukan. Selain belajar di dalam ruangan aku ingin ada sesi bermain di luar ruangan. Ide yang semula sedikit semakin lama dipikirkan jadi semakin banyak, ditambah lagi ketika aku ngobrol dengan sahabat dan keluarga di rumah, ide tersebut makin banyak bahkan menggebu. 

Langkah berikutnya adalah aku ingin membuat tata tertib secara resmi dan akan dibicarakan langsung kepada anak-anak yang masih ingin bergabung beserta orang tuanya. Aku menuliskan 7 poin tata tertib yang aku rasa sangat perlu untuk diketahui anak-anak dan orang tuanya. Aku bahkan menuliskan naskah penjelasan dari tiap poin agar ketika aku menjelaskan tidak melebar atau keluar jalur pembicaraan. Aku juga sudah berusaha menata kalimat agar layak untuk didengarkan anak-anak dan orang tua.

Berkali-kali aku memikirkan alasan apa yang mendorong dibuatnya tata tertib tersebut, apa iya itu semata-mata untuk mendisiplinkan anak-anak, benakku tak henti bertanya. Namun pada akhirnya ku temukan alasan yang datang dari dalam diriku yaitu aku ingin melindungi diri ini. Tanpa aturan yang jelas seperti cara mengajar sebelumnya ternyata "melukai" perasaanku karena bukan salah mereka jika berlaku seenaknya, itu merupakan kelalaianku karena tidak memberi aturan yang tegas.

Langkah berikutnya lagi adalah aku meminjam lapangan TOGA Pak RT, tempat dimana aku akan mengajak anak bermain di luar. Mendapat sambutan yang baik dari pihak RT tentang rencanaku membuat aku semakin bersemangat. 



Lapangan yang kurang terurus tersebut langsung aku bersihkan setelah diijikan penggunaannya demi menyambut diriku dan anak-anak yang dipilih Tuhan untuk menemani perjalanan belajar mengajarku. Ya, siapapun nanti yang bergabung mereka adalah anak yang dipilih Tuhan, karena jika aku memilih sendiri pastilah hanya berdasarkan ego, aku juga butuh anak yang membuatku bertumbuh bukan? bukan hanya anak yang asik menurutku saja.

Mengajar kali ini seperti pertarungan terakhir, aku menyerahkan seluruh usaha terbaik, mewanti-wanti diri untuk merendahkan harapan serendah-rendahnya, dan tidak berfokus pada hasil. Lancarnya mereka membaca dan menyerapnya ilmu-ilmu yang lain adalah dampak dari rasa suka mereka terhadap kegiatan yang mereka jalani dan rasa cinta mereka terhadap ilmu.

Sekarang aku sudah siap memulai perjalanan ini kembali. Apapun yang akan terjadi di depan nanti, terjadilah apa yang seharusnya terjadi, dan yang telah terjadi pastilah yang terbaik. Sahabat yang menemaniku dalam perjalanan spiritual ini, (ya, ini bukan hanya kerja atau profesi yang mengharapkan uang, ini perjalanan untuk mendewasakan) Miss Jun berkata bahwa energi menikmati itu sangat luar biasa, aku perlu menikmati seluruh prosesnya. Mbak Rahma bilang setiap orang pasti punya sesuatu yang harus diperjuangkan, eksekusi aja, ukur kapasitas, handle apa yang bisa kita handle. Dan manusia yang telah menemaniku dari jaman jebot, Mbok Alyong, selalu mengingatkan bahwa aku harus memeluk seluruh rasa yang hadir.

Yaa...segini dulu cerita untuk memulai ini. Jalani semua dengan kesadaran dan sampai jumpa lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pekan 7: Mengobrol

Pekan 8: Game Online, Game Offline

Pekan 5: Menikmati Moment